Ternyata Kita Kalah 'hanya' dengan Seekor Ulat

Ada kisah menarik yang bisa menjadi renungan bagi diri kita.

Diceritakan suatu ketika Nabi Daud as. sedang duduk sambil membaca kitab tiba-tiba beliau melihat seekor ulat di tanah, lalu ia berkata di dalam hatinya,

"Apa yang Allah kehendaki terhadap ulat ini?? (Maksudnya kok kenapa Allah Menciptakan makhluk seperti ini??, apa maksudnya Allah Menciptakan makhluk seperti ini?)"

Kemudian Allah mengizinkan ulat itu bisa berbicara,

"Wahai Nabi Allah, saat siang menjelang Allah memerintahkan kepada hamba untuk membaca: Subhanallaahi walhamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar, sebanyak seribu kali. Dan ketika malam datang, Allah memerintahkan kepada hamba untuk membaca: Allaahumma shalli alaa Sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam, sebanyak seribu kali.


Tentang Nabi Khidir AS

Sekarang ini, banyak dari sebagian saudara kita yang masih 'mengingkari' bahwa Nabi Khidir as masih hidup, padahal tidaklah demikian. Banyak dari ulama yang mengatakan bahwa Nabi Khidir as masih hidup sampai sekarang.
.
Bahkan, Jumhur Muhadditsin mengatakan bahwa Nabi Khidir masih hidup dan akan terus hidup hingga hari dajjal kelak, silakan merujuk kepada Shahih Muslim hadits no.2938, hadits yang menjelaskan tentang Dajjal yang tak bisa menembus Madinah, lalu keluarlah seseorang dari sebaik-baik manusia, seraya berkata : "Aku bersaksi kau sungguh-sungguh Dajjal yang dikatakan Rasulullah saw pada kita", lalu berkatalah Dajjal : "Bila kubunuh orang ini lalu kuhidupkan kembali apakah kalian masih mengeluh?", mereka menjawab : "tidak". maka dajjal membunuhnya lalu menghidupkannya kembali, lalu berkatalah lelaki itu : "aku makin yakin bahwa kau lah dajjal!", maka dajjal ingin membunuhnya lagi namun dajjal tak mampu", berkata Abu Ishaq, lelaki itu adalah Khidir as. (shahih Muslim hadits no.2938).

Doa Al Faraj li Sayyidina Al-Khidir 'Alaihissalam (DOA NABI KHIDIR AS)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa tanda tanda Nabi Khidir as bahwa ibu jarinya tak bertulang, memang tanda beliau demikian sejak lahirnya.

Jika kita ingin berjumpa dengannya (Nabi Khidir as), kita dapat memperbanyak doa Nabi Khidir as dg niat ingin berjumpa dengannya. Insya Allah Allah akan memperjumpakan anda dg beliau as.


Berikut do'a Nabi Khidir as :
(oleh: Ibra Assegaf)

دُعَاء الفرَج لِسَيِِّدِنَا الخِضِرْ عَلَيْة السَّلاَم
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

TANYA : Bolehkah Ulama Menerima Bayaran (Amplop)...?

oleh : Muhammad Shulfi Alaydrus

Ada yang bertanya kepada alfaqir: 

bolehkah ulama atau guru meminta bayaran?

Ini jawaban dari alfaqir:

saudaraku yang kumuliakan,

Boleh boleh saja mengambil bayaran dari mengajar agama, hal ini tidak disebut menjual agama, karena yang disebut menjual agama adalah menukar kebenaran dengan kebatilan dengan iming-iming bayaran dari pihak tertentu.

Adab Batiniah Dalam Dakwah

oleh : Guru Mulia kita Al-Habib Umar bin Hafidz

Bismillah....

Seperti dalam hadist Rosulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ , innamal a'malubinniat,
Sejalan dengan hadist Rosulullah ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ yang berbunyi " Takwa itu terletak dΐ sini", seraya beliau menunjuk ke arah dadanya tiga kali, maka anda akan mengetahui bahwa adab/etika itulah yang paling penting dan paling utama serta anda layak untuk mengerahkan segala upaya untuk mencapai nya.
Adapun adab-adab memurnikan dan membersikan diri dari segala macam tujuan dan motivasi selain ridho Allah SWT yang maha agung, jangan sampai 'sesuatu yang lain' membawanya untuk mengucapkan satu kata dari uraian yang disampaikannya adalah keinginan untuk mendapat kedudukan dalam masyarakat, atau agar salah seseorang diantara mereka senang, atau mencari keuntungan dari salah seorang pendengar. Dengan demikian , ia menjadi jauh dari mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsu.

Sekelumit Pemakaman Zanbal di Tarim (Kota Wali dan para Auliya')

Pemakaman zanbal di Kota Tarim
Kota Tarim disebut juga Kota para Wali Allah, yang terletak di Hadhramaut, Yaman. Hal ini dikarenakan di Kota Tarim dimakamkan banyak Wali Wali Allah.

Diceritakan bahwa, sekitar 70 sahabat Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam dimakamkan disini, juga 10.000 Aulya serta 80 Quthub dari kalangan Sa’adah Ba’alawi. Jumlah itu adalah pada masa Imam Abdurrahman Assegaf hidup (wf. 800 H), jadi jumlah keseluruhan Aulya dan Quthub yang dimakamkan hingga kini di Zanbal tentunya lebih banyak.
Di pemakaman Zanbal, para Saadah al-Asraf, Ulama Amilin, Auliya' dan Sholihin yang tidak terhitung jumlahnya dikuburkan di sana.
Syaikh Abdurahman Assaqqaf bin Muhammad Maula al-Dawilah berkata:
"Lebih dari sepuluh ribu auliya' al-akbar, delapan puluh wali quthub dari keluarga alawiyin di makamkan di Zanbal".

Kemana Perginya Air Bekas Memandikan Jenazah Rasulullah ?

Sumur Bir Gharis di Madinah, tempat mengambil air untuk memandikan jenazah Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
Oleh : Majelis Sayyidul Wujud
Habib Kazim bin Luqman Al-Kaff


Di dalam sebuah Majelis Muktamar yang dihadiri banyak ulama dari penjuru dunia, As-Syaikh As-Sayyid Muhammad bin Mutawalli Asy-Sya’rawi Al-Husaini mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan sebelumnya, “Kemanakah perginya air bekas memandikan jenazah Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam?” Tak ada satupun yang mampu menjawab pertanyaan itu kecuali pimpinan majelis itu sendiri yang berkata, “Berilah aku waktu hingga esok hari.”

Manaqib AL-HABIB UMAR BIN HUD AL-ATTAS

Beliau bernama Al Allamah Arifbillah Al Quthub Al Habib Umar bin Muhammad bin Hasan bin Hud Al Attas. Beliau dilahirkan oleh seorang wanita shalihah bernama Syarifah Nur binti Hasan Al Attas di Huraidhah, Yaman Selatan pada tahun 1313 H (1892 M). 

Suatu saat Al Allamah Arifbillah Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas, seorang Waliyullah besar di kota Huraidhah menyampaikan bisyarah perihal kehamilan Syarifah Nur. Berkata Habib Ahmad “Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang  panjang usianya, penuh dengan keberkahan serta akan banyak orang yang datang untuk bertawassul dan bertabarruk padanya, hendaklah ia diberi nama “Umar”, sebagai pengganti kakaknya yang juga bernama Umar, yang telah wafat ketika berada di Indonesia bersama ayahnya.” Maka benarlah apa yang dikatakan Habib Ahmad, beliau diberi umur yang panjang, usia beliau mencapai 108 tahun dan seluruh usianya itu senantiasa berada dalam keberkahan.