Cerita Mengharukan Saat-saat Sakaratul Maut Rasulullah S.A.W.

Ketika saat-saat sakaratul maut sang nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam meminta siwak kepada sayyidah Aisyah Ra, Ini dari riwayat Imam Bukhari.

Kemudian beliau bersiwak lalu beliau merebah di pangkuan sayyidah Aisyah seraya berkata : "Aku akan bertemu dengan Ar Rafiiq Al A’laa (Allah) . Sayyidah Aisyah berkata bahwa hembusan nafas terakhir sang nabi sampai ke tubuh beliau, adapaun diantara doa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di saat sakaratul maut adalah :

اَللّهُمَّ شَدِّدْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ

"Ya Allah pedihkanlah sakaratul mautku dan ringankan untuk ummatku"


di saat itu berubah wajah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam sehingga Jibril memalingkan wajah, maka Rasulullah bertanya : "mengapa engkau memalingkan wajah wahai Jibril ?",

Jibril menjawab: "aku tidak tahan melihat engkau menahan sakit wahai Rasulullah", sungguh tidak pantas seseorang seperti nabi Muhammad menahan sakit namun karena cinta beliau kepada ummatnya,

Inilah Sayyidina Muhammad SAW, Allah kabulkan doanya sehingga beliau merasakan pedihnya sakaratul maut. Keringat mengalir dari dahi wajah mulia itu,,,,dan beliau berkata:

لَا إِلَهَ إِلَّا الله إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ

"Laa ilaha illallah, sungguh kematian itu sangat pedih"

Demikian hal yang diderita pada akhir nafas sang nabi untuk meringankan sakaratul maut kita semua, adakah kekasih yang lebih indah dari sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam??

Ketika Rasulullah telah wafat, dimana ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal ra sedang dalam perjalanan meninggalkan kota Madinah Al Munawwarah atas perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, Ini dari riwayat didalam kitab-kitab Sirah (sejarah Nabi saw), yang diantaranya riwayat Al Imam Thabrani dan lainnya,

Pada masa itu transportasinya tidak seperti sekarang, butuh waktu yg sangat lama untuk menempuh perjalanan antara Madinah ke Yaman.

Dalam keadaan antara tidur dan bangunnya Sayyidina Mu'adz bin Jabal ra mendengar suara : "Wahai Mu’adz..! bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaaan sakaratul maut”.

Mulanya sayyidina Mu’adz menganggap itu adalah bisikan syaitan, maka beliau terus melanjutkan perjalanannya, hingga ketika beliau sampai di Yaman kembali lagi terdengar bisikan : "Wahai Mu’adz…!, bagaimana engkau bisa tidur dan tenang sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah berada di dalam kubur..!"

Lalu Sayyidina Mu’adz berbalik arah dengan kudanya dan berteriak seakan orang yang tidak sadarkan diri, beliau bingung apa yang harus diperbuat karena bisikan itu terus menghampirinya, padahal beliau telah diperintah untuk pergi dan telah tiba di Yaman.

Akhirnya beliau kembali lagi ke Madinah Al Munawwarah untuk menenangkan hatinya, maka beliau pun kembali ke Madinah Al Munawwarah dan di tengah perjalanan beliau bertemu dengan utusan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA, pada saat itu Sayyidina Abu Bakar telah diangkat menjadi khalifah, tetapi Sayyidina Mu'adz bin Jabal belum tau.

Utusan itu membawa surat dari sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA yang telah diangkat menjadi khalifah, kemudian beliau membaca surat itu yang berbunyi : "wahai Mu’adz, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat",

Maka rubuhlah sayyidina Mu’adz bin Jabal, lututnya bergetar seakan tak kuat menyangga tubuhnya, dia terdiam dan air mata pun mengalir dan berkata :

"Siapa lagi yang akan peduli pada anak yatim dan kaum fuqara’ dan orang-orang yang susah jika Rasulullah shallallahu shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat”.

Lalu Sayyidina Mu’adz melanjutkan perjalanannya ke Madinah Al Munawwarah dan menuju ke rumah sayyidah Aisyah RA sudah tak sabar untuk sampai ketempat itu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah dimakamkan di rumah sayyidah Aisyah, maka ketika itu sayyidina Mu’adz bin Jabal mengetuk pintu rumah.

Berkata Sayyidina Mu'adz, "Aku adalah Mu’adz bin Jabal dari kalangan Anshar yang diutus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk pergi ke Yaman, dan aku tidak tau apa yang telah terjadi.."

Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah Al Khumaira menjawab dengan penuh haru dan sedih...: "Wahai Mu’adz.... bersyukurlah engkau ....karena engkau tidak menyaksikan.....bagaimana saat-saat Sakaratul mautnya Rasulullah saw"....

"Karena Mu'adz....jika saja kau melihat wajah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat itu....... yang menahan pedihnya sakaratul maut beliau dan rasa sakaratul maut ummatnya beliau...... maka sungguh engkau tidak akan bisa makan atau minum lagi..... bahkan engkau tidak akan bisa merasakan ketenangan hidup didunia hingga kau wafat.. dan engkau tidak akan pernah bisa untuk tersenyum lagi seumur hidupmu...."

Rubuhlah Mu'adz karena harunya yang sudah tidak tertahankan. Rasulullah saw yang merupakan belahan jiwanya sudah tiada lagi.

Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk meringankan sakaratul maut untuk sang nabi, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam meminta sakit yang sangat pedih ketika sakaratul maut demi meringankan sakartul maut ummatnya sahallallahu ‘alaihi wasallam,

Sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk meringankan sakaratul maut untuk Rasulullah shalallahu alayhi wasallam... tetapi Rasulullah saw ingin memperlihatkan betapa besarnya pengorbanan beliau untuk kita....

Maka rasa sakit dari setiap sakaratul maut ummat beliau sebagian telah diringankan oleh sakitnya sakaratul maut yang dirasakan oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Beliau menahan pedihnya, sakitnya yang itu meringankan seluruh ummatnya ketika sakaratul maut, sehingga malaikat Jibril memalingkan wajahnya tidak mau melihat wajah Sang Nabi, Rasul SAW berkata kenapa engkau memalingkan wajah wahai Jibril?, Aku sedang kesakitan dan engkau membuang muka, Jibril berkata: Aku tidak bisa, tidak tega melihat wajahmu kesakitan Wahai Rasulallah,, demi menahan sakaratul maut agar teringankan untuk kita semua, Ummat Muhammad.

Masihkah kau ragu untuk mengidolakan Rasulullah wahai sobat ??

shalallahu ala sayyidina muhammad...