Kisah
Perjalanan Ladunni Nabi Musa AS bersama muridnya serta Nabi Khidir AS
merupakan kisah yang telah lama kita kenal dan sebut-sebutkan untuk
menjadi contoh tauladan kepada manusia yang berilmu. Kisah ini
mengandungi pengertian
yang sangat dalam dalam ertikata mengenal Sang Pencipta yang Maha
Besar. Di mana tempat ‘jumpanya’ ilmu itu? Itulah dia di tempat
pertemuan antara dua laut. Di situlah bermulanya Ladunni yang di
sebut-sebut para Ahli Sufi. Kisah perjalanan Ladunni Nabi Musa AS dan
Nabi Khidir AS dinukilkan di dalam terjemahan Firman Allah SWT di dalam
Surah Al-Kahfi (ayat 60 hingga 82). semoga mendapat manfaat bersama.
Dan
(ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan
berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau
aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.
Maka
tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan
ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Maka
tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya:
“Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih
karena perjalanan kita ini”.
Muridnya
menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu
tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan
tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan
ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.” Musa
berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”.
Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu
dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidir: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
Dia
menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar
bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
Musa
berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang
sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun”.
Dia
berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya
kepadamu”.
Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melobanginya.
Musa
berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar.
Dia (Khidir) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”
Musa
berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah
kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya.
Musa
berkata: “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia
membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang
mungkar”.
Khidir berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
Musa
berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali)
ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya
kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.
Maka
keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu
negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk
negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam
negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan
dinding itu.
Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.
Khidir
berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan
memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya.
Adapun
bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut,
dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada
seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
Dan
adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan
kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada
kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka
mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
Adapun
dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu,
dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang
ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu,
sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut
kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.
Itulah
kisah perjalanan Musa AS bersama Khidir AS. Itulah dia Ilmu yang
diajarkan Allah kepada Khaidir AS yang di sebalik Hitam dan Putih.