Kisah
ini dikisahkan langsung oleh Guru Tercinta kita, Almarhum Al Habib
Munzir Al Musawa saat bercerita sedikt tentang riwayat kehidupan beliau
======================
kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
Saudaraku yg kumuliakan,
saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya
yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak
saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya,
karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid
Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis
taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum
Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian
Fathul Baari.
sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000
siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat
malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah
Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al
Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di
Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.
almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam
kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?,
jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri,
jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri,
namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan
aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat
menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University,
tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut
dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka
ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak.
Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan
anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.
namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw,
dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur
saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut
beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan
tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan
matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk
bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40
tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun..
akhirnya
karena ayah pensiun, maka ibunda membangun loSmen kecil didepan rumah
berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya
nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap
malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma
meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu,
sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam
demikian malam malam saya lewati,
siang hari saya puasa nabi
daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat
ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak
anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi
apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus menjadi pelayan di
losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan
toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi,
air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.
sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk
mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit
duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan
sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.
ayah
makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab
di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas,
ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di
almunawar.
saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu
ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali
seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu hadir
maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat
itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering
hujan hujanan pula.
sering saya datang ke maulid beliau malam
jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah
beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya
yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh
dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya
duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang
penjaga.
saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al
Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa
peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati,
wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika
aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau
aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah
saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah,
sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi
kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan
selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata :
kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york
university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.
walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali
Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg
shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku
lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam saya merenung,
datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin
Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun
ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam
wali Allah..
lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya
katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar
sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar
sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena
memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai
larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu
esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke
cipanas..
tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya
dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya
masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi
timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada
Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling
dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al
Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan
pertama beliau yaitu pd 1994.
selepas beliau menyampaikan
ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi
wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum
Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh
Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim
Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,
Guru
saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap,
belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin
beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg
pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb
Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari
dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab
tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb
Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya,
lalu guru mulia tersenyum..
keesokan harinya saya jumpa lagi
dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak
para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi
murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan
menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu
beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu..
jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru
mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin
syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan
bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan
berangkat sebelum siap..
dua bulan kemudian datanglah Almarhum
Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar
maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad
almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk
memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb
umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah
tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin
Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan
pertama..
saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya
keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah
tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada
kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg
menjaminmu..?,
saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif
billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan
beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..
saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun
hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti
berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang
muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya
kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya
naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang,
saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis
melihat keberangkatan saya..., beliau melambaikan tangan tanda ridho,
rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya
dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg
airmata sedih..
saya sampai di tarim hadramaut yaman
dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama
saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama
kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman
selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun
harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim
karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang
pasokan bensin sangat minim
suatu hari saya dilirik oleh guru
mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya
mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada
jamaahmu kelak...!.
maka saya tercenung.., dan terngiang
ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu
kelak...?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk
mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..
saya
mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya,
malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih...!, orang lain saja yg
mencuci baju ini..
maka saya terpaksa mencuci dari air bekas
mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg
saya pakai mencuci baju saya
hari demi hari guru mulia makin
sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih
membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat
menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan
pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya
lebih sering jumpa beliau.
[i]2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?
saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..
saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan
itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat
saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya,
keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman
rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,,
kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,.,
rahimahullah..[/i]
tak lama saya kembali ke indonesia,
tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang
berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap
berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis
malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka
murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam,
maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya
menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai
dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti
sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya'ullami.., jamaah makin
banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla
ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai
berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya membuka
majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid
almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah
akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi
masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah
mengaminkan..
mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan
dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah
tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak,
ya sudah, majelis rasulullah saw saja,
kini jamaah Majelis
Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa
tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua,
singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin
hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg
menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang
sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya,
karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..
sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw...
itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar,
usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg
perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23
februari 1973 M.
perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1431 H,
mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw,
namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a'lam
https://www.facebook.com/LaskarNabawi/posts/527049994032449