Orang Yang Mencela Muslim Lain
Mencela
sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”
(Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558, Nasa’I
no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ayat Al
Qur’an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering pula
mereka langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk terhadap
sesama Muslim.
Jika diingatkan dengan enteng mereka berdalih: “Ah mereka bukan Muslim!”
Tidak pantas bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau
mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat
syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru
tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak
mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu
dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu
perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku
sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak
dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang
adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan
mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada
kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap
imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang
mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan
sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha
illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah
karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu
mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits
di atas saat Usamah berkilah: “Ah dia berpura2″ Ah dia taqiyah! Ah dia
berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena kita manusia
tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir lisan,
tulisan, dan perbuatan mereka.
Meski mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu menemukan cara untuk itu.
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau
berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian
itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya
sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,
katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Apabila ada seseorang berkata
kepada saudaranya -sesama Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah
seorang dari keduanya -yakni yang berkata atau dikatakan- kembali dengan
membawa kekafiran itu. Jikalau yang dikatakan itu benar-benar
sebagaimana yang orang itu mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya
kekafiran, tetapi jikalau tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang
yang mengucapkannya sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Mereka gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat
masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)